Special Education

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

2013-01-07

Pengertian Ambivalensi


Ambivalensi adalah dua garis jiwa yang berbeda, bahkan berlawanan, namun saling berhadapan.
Ketika seorang anak kecil melihat orang lain yang agak seram, ia segera mencari ayah dan ibunya, serta berlindung dalam dekapan mereka. ketika seorang anak melakukan kesalahan, wajahnya segera pucat dan berharap orang tuanya mau memaafkan. Ketika seorang karyawan melakukan kesalahan fatal dikantornya, ia segera cemas dan berharap atasannya akan bermurah hati memaafkannya, sebab ia takut kehilangan pekerjaan yang merupakan sumber mata pencahariannya. Ketika pejabat tinggi mendekati usia pensiun, ia segera cemas, takut kehilangan akses, power dan penghargaan terhadap dirinya.
Itu adalah gambaran sederhana tentang dua jiwa yang saling berhadapan, namun sangat berbeda, rasa takut dan rasa harap. Anak kecil takut pada orang asing, dan mengharapkan rasa aman dalam pelukan orang tuanya.Anak itu takut dihukum yang berarti tidak diterima dilingkungannya, dan mengharap diterima secara wajar kembali, walaupun baru saja melakukan kesalahan. karyawan itu takut dipecat karena kehilangan mata pencarian dimana disaat yang sama, ia mengharapkan kekayaan dan status sosial. Pejabat tinggi itu punya harapan besar terhadap penghargaan, karenanya takut akan namanya pensiun
Itulah Ambivalensi kejiwaan manusia, rasa takut disalahsatu sisi jiwanya. dan pada sisi yang lainnya ada rasa harap. Ketakutan dan harapan adalah dua garis jiwa yang berlawanan dan berada pada sudut yang saling berhadapan.
Garis- garis jiwa itu ada sebagai berikut:
  • Harapan – Takut
  • Cinta – Benci
  • Khayal – Realisme
  • Fisik – Spiritual
  • Empiris – Metafisis
  • Egoisme – Altruisme
  • Komitmen – Sukarela
  • Negativisme – Positivisme
Fungsi dari Ambivalensi Jiwa
Ambivalensi jiwa merupakan fitrah dasar manusia. yang sudah ada dalam dirinya sejak lahir, dan akan tetap ada sampai hidupnya berakhir.
ada beberapa fungsi dari Ambivalensi jiwa yaitu:
  1. Merekatkan sisi – sisi kepribadian manusia tetap utuh. garis jiwa yang ambivalen sesungguhnya bisa bertemu pada garis yang sama, dan arah serta motif inilah yang memberi nilai pada garis jiwa ketika ia muncul dalam perilaku.
  2. Memperluas wilayah kepribadian manusia dengan teap menjaga pusat keseimbangannya. Ketika manusia memahani hakekat dan fungsi ambivalensi kejiwaan ini, maka ia akan memanage berbagai macam kecendrungan yang ada dalam dirinya, yang mungkin sebelumnya diduga takkan mungkin bertemu dalam satu arah yang sama.
  3. Menjaga dinamika perkembangan jiwa manusia. Dengan sendirinya, ambivalensi jiwa akan menjadi sumber ketegangan – ketegangan itusendiri, sehingga mendorong manusia untuk berubah dan menjadi dinamis
Ambivalensi Kejiwaan dan Kepribadian
Garis jiwa yang ambivalen ada dalam dari manusia sejak ia terlahir sampai ia mati, melekat, dan mewarnai semua sisi kehidupannya. Walaupun demikian, tetap ada perbedaan mendasar tentang objek dan alasan yang melahirkan garis jiwa menjadi perilaku, pada tahapan usia yang berbeda pula.
Setiap orang memiliki rasa takut terhadap sesuatu, sekaligus memiliki rasa harap terhadap sesuatu. Setiap orang pasti mencintai sesuatu atau seseorang, dan sekaligus membenci sesuatu atau seseorang, dan seterusnya. Sikap – sikap itu akan terbentuk ketika ia menjalani dan menghadapi peristiwa hidup yang akan dijalani.
Hubungan antara ambivalensi kejiwaan dengan kepribadian adalah:
  • Pada mulanya garis jiwa tumbuh natural, lalu nilai dan lingkungan membentuk persepsinya, dan menyebabkan menguatnya sebagian garis jiwa itu dibanding garis jiwa yang lain. Garis jiwa yang kemudian menjadi dominan, itulah yang akan membentuk mentalitas seseorang
  • jika garis jiwa yang dominan itu bertahan dalam waktu yang lama, maja secara perlahan akan menjadi ciri umum yang menandai tampak luar kepribadian seseorang. Maka, jika ketakutan dominan pada seseorang, kita akan mennyebutnya penakut, sebaliknya jika harapan yang dominan dalam dirinya, kita akan menyebutnya optimistik.
Ambivalensi Kejiwaan dan Kesehatan Mental
Ambivalensi Kejiwaan merupakan sumber ketegangan jiwa dalam kehidupan seseorang, maka ia dengan sendirinya sangat menentukan tingkat kesehatan mental seseorang. Misalnya, Jika perasaan takut berlebihan, maka seseorang mungkin akan menderita penyakit cemas, atau paranoid. Jika harapan berlebihan, maka sesorang mungkin akan menderita penyakit rakus, atau serakah atau ambisius.
Hubungan Kesehatan Mental dengan Ambivalensi Kejiwaan adalah Seseorang akan memiliki tingkat kesehatan mental yang baik, jika garis jiwa yang ambivalen berjalan dan bergerak secara harmonis, seakan simfoni indah orkestra handal.garis jiwa yang ambivalen hanya bisa harmonis, jika masing – masing garis jiwa itu bergerak mengikuti arah bergerak natural dan benar.
Misalnya, Seorang muslim percaya bahwa ia akan bertemu Allah, maka ia akan sangat merindukan pertemuan itu, dan ia akan memandang kematian sebagai suatu hal yang tidak perlu ditakuti. Namun, karena harapan bertemu Allah itu sekaligus mengandung kemungkinan tertolak, maka ia menjadi takut akan tertolak, dan ketakutan yang terakhir ini akan mendorongnya melakukan amalan sebanyak- banyaknya dan sebaik-baiknya.
Manajemen Ambivalensi Kejiwaan
  • Atur posisi dan komposisi garis jiwa itu secara benar, dan hilangkan kecendrungan jiwa yang salah, atau suara jiwa yang fals. misalnya : ketakutan yang palsu,ketakutan akan kematian.
  • Berikan dan tentukan arah dan kecenderungan jiwa secara benar dan natural. Misalnya: Hanya Takut pada Allah dan mengharap surganya.
  • Lihat ekspresi dalam bentuk sikapdan perilaku kesehariannya. Misalnya: Rasa Tanggungjawab kepada Allah yang menghadirkan Keadilan, Ibadah, dan pengorbanan.
referensi: Membentuk Karakter cara Islam

2013-01-06

Asal Mula Al-Qur'an Braille di Indonesia


Kapan pastinya Alquran Braille muncul pertama kali di negeri ini tak begitu jelas. Setidaknya, ada dua versi yang menjelaskan sejarah Alquran Braille di Indonesia. Menurut Staf Seksi Program Balai Penerbitan Braille Indonesia (BPBI), Yayat Rukhiyat, Alquran braille pertama kali muncul di Indonesia sekitar tahun 1954. Alquran yang ada saat itu, merupakan inventaris Departemen Sosial (Depsos) sumbangan dari Yordania. Namun, Alquran braille tersebut baru berhasil dibaca tahun 1964 oleh seorang juru tik braille Depsos Yogyakarta Supardi Abdi Somad. Setelah itu, Yayasan Tunanetra Islam (Yaketunis) menuliskannya secara manual, sebelum akhirnya bekerja sama dengan Departemen Agama (Depag) untuk memproduksinya secara besar-besaran pada tahun 1973.Versi lain mengenai sejarah Alquran braille diungkapkan Kepala Percetakan Yayasan Penyantun Wyata Guna (YPWG) Ayi ahmad Hidayat. "Alquran braille sudah dimiliki perpustakaan Wyata Guna sejak lama. Akan tetapi, karena tidak ada yang mengerti cara membacanya, akhirnya hanya disimpan saja di perpustakaan," katanya. Sampai akhirnya ada seorang pengajar di Wyata Guna Abdullah Yatim Piatu, yang tertarik membolak- balik halaman Alquran tersebut dan ternyata sanggup membacanya.
Ada banyak cara seseorang mengabdikan diri dalam hidupnya. Abdullah Yatim (73) memilih jalan yang sangat jarang dilakukan orang lain. Selama hampir tiga perempat perjalanan hidupnya, ia mengajar mereka yang kurang beruntung karena mengalami Tunanetra. PADAHAL, mengajar membaca bagi anak-anak yang matanya normal saja tidak begitu mudah. Apalagi yang diajarkan bukan hanya membaca huruf Latin dalam bentuk Braille, tetapi juga membaca huruf Arab braille. Dengan kesabaran dan ketelatenan yang mengagumkan, Abdullah melahirkan tidak sedikit anak-anak Tunanetra yang kini mahir membaca al-Quran. Huruf-huruf dalam al-Quran tersebut bukan huruf Arab sebagaimana lazimnya kitab suci tersebut, tetapi huruf braille Arab. Huruf braille Latin dan huruf braille Arab bentuknya tidak berbeda. Huruf-huruf braille berbentuk titik-titik yang dibuat menyerupai lubang dengan permukaan agak menonjol. Huruf-huruf yang menjadi lambang bunyi itu dibuat di atas kertas manila atau sejenisnya. Para tunanetra membacanya dengan ketajaman saraf telapak ibu jari tangannya.
ABDULLAH Yatim tidak mengetahui pasti siapa yang menciptakan huruf braille Arab. Ia sendiri menolak disebut sebagai penciptanya. "Saya hanya melakukan pembaruan dan menambah lengkap beberapa huruf yang dianggap kurang," katanya merendah. Namun berkat huruf-huruf Arab yang digunakannya untuk menulis al-Quran tersebut, ribuan penyandang Tunanetra di seluruh pelosok Nusantara bisa melek huruf al-Quran. Sebagai satu-satunya al-Quran huruf braille Arab yang disahkan Departemen Agama, kitab suci tersebut sudah lebih dari dua puluh kali naik cetak. Belum yang dicetak di luar negeri. Tetapi secara materi, Abdullah tidak memperoleh imbalan apa-apa atas hasil kreativitasnya. "Saya anggap sebagai amal saya," kata bungsu dari tujuh bersaudara keluarga Mohammad Yatim (ayah) dan Supiatun (ibu) ini.  Nama kedua orangtuanya itu pernah dijadikan nama keluarga sehingga menjadi Abdullah Yatim Piatu, walau saat itu kedua orangtuanya masih hidup. Namun karena dalam ijazahnya hanya mencantumkan nama ayahnya, ia dianjurkan Departemen Sosial agar tidak menambahnya dengan nama ibunya. Selama 33 tahun sejak 1957, Abdullah menjadi pegawai negeri sipil yang ditempatkan di Yayasan Penyantun Wiyata Guna (YPWG) Bandung. Ia pensiun tahun 1990 dengan golongan III A.
Putra Negeri Rencong yang lahir di Blang Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam, 6 Oktober 1931 itu, dalam dirinya menetes darah pengembara. Ayahnya, Mohammad Yatim, yang berasal dari Sumatera Barat, mengembara ke Aceh setelah sebelumnya menjadi mukimin di Mekkah selama enam tahun. Mencontoh ayahnya, bungsu Abdullah meninggalkan kampung halamannya dalam usia remaja. Selain bekerja serabutan dan kemudian menjadi karyawan di Wiyata Guna, ia pernah melanjutkan pendidikannya di Sekolah Teknik Menengah (STM) Pengairan Trimurti di Jalan Pajagalan, Bandung. "Sekarang sekolahnya sudah lama bubar," kenangnya. PERKENALANNYA dengan huruf braille Arab sebenarnya bisa dibilang terjadi secara kebetulan. "Ketika itu saya iseng-iseng membuka-buka buku yang terdapat di Perpustakaan Wiyata Guna," katanya. Matanya kemudian tertarik dengan sebuah buku berjudul Al Misbach yang berasal dari Timur Tengah. Sampulnya ditulis dengan huruf Latin, tetapi isinya menggunakan huruf braille Arab. Isi buku tersebut rupanya telah menarik minatnya untuk belajar huruf braille Arab, walaupun Abdullah bukanlah seorang Tunanetra.
Tanpa kenal lelah dan tanpa bimbingan guru, pada setiap kesempatan ia gunakan waktunya untuk belajar membaca huruf braille Arab secara autodidak. Kemudian ia belajar menulis braille Arab. Karyanya yang pertama Surat al-Baqarah yang dibuatnya tahun 1959 dan kemudian dijilid lalu disimpan di gudang. "Sekarang saya cari-cari ternyata sudah tidak ada lagi," kata ayah lima anak dari perkawinannya dengan Ny Ratini (72 tahun) yang berasal dari Semarang. Dari pengalamannya mempelajari huruf braille Arab, Abdullah menemukan beberapa kekurangan huruf dalam al-Quran braille Arab yang berasal dari Arab Saudi. Hasil temuannya itu ia sampaikan ke Departemen Agama, sehingga pada tahun 1962 ia diminta menyusun al-Quran braille Arab. Hingga kini, karya tersebut merupakan satu-satunya al-Quran braille Arab yang beredar luas di seluruh pelosok Nusantara dan di negeri jiran. KETIKA pertama kali menyusun al-Quran braille Arab, Abdullah menghabiskan waktunya selama dua setengah tahun untuk menyelesaikan 30 juz. Tetapi kini, ia sudah tergolong piawai. "Sekarang sudah lancar, bisa dengan tiga bulan sudah selesai 30 juz," katanya. Satu juz al-Quran braille Arab paling tidak membutuhkan 30 hingga 35 halaman kertas manila. Tiap halaman berukuran 32 x 42 sentimeter. Karena ia juga menuliskan terjemahannya, maka satu juz bisa menghabiskan 70 halaman. Karena itu, al-Quran braille Arab berbeda dengan al-Quran huruf Arab biasa. Karena ketebalannya, al-Quran braille Arab dijilid tiap juz. Selain mengerjakan al-Quran braille Arab, Abdullah juga mengerjakan pengalihan huruf untuk kitab hadis, antara lain Bulughul Bukhari Maram dan Riyadus Shalihin. Di rumahnya yang sederhana di bilangan Perumnas Sadangserang, Bandung, ia masih setia mengisi kegiatannya dengan menyumbangkan keahliannya. Sesekali ia masih harus berdiri di depan ruang kelas Kejuruan Ilmu Al-Quran Braille (KIAB) yang diselenggarakan Wiyata Guna Bandung menghadapi anak didiknya yang belajar membaca al-Quran braille Arab. "Kalau sudah bisa membaca huruf braille Latin, sebenarnya membaca braille Arab tidak begitu sulit,"katanya. Jumlah peserta KIAB tiap angkatan tidak begitu banyak. Rata-rata tiap tahun 7 hingga 10 orang. "Tahun ini hanya sepuluh orang," katanya.
Berkat bimbingannya, Abdullah telah membukakan pintu mata hati anak didiknya dalam memahami kandungan ayat-ayat suci al-Quran, walaupun secara lahiriah tidak bisa melihat, di samping ribuan penyandang Tunanetra lainnya yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara. (Her Suganda) Apa pun versinya, yang pasti para Muslim tunanetra perlu berterima kasih, karena atas jasa para penerjemah itu mereka kini dapat melek huruf Alquran braille. Kaum Muslim tunanetra pun tidak perlu mengkhawatirkan, adanya perbedaan versi Alquran braille. Sebab, Depag telah mengeluarkan mushaf standar yang menjadi pedoman bagi seluruh percetakan Alquran Braille di Indonesia. "Penyuntingan Alquran braille dilakukan Depag pusat," ujar Kepala Seksi Pendidikan Alquran dan MTQ Depag Kota Bandung Anwar Sanusi. Meskipun kini Kanwil Depag Kota Bandung telah memiliki seorang pentashih, yang menyunting Alquran sebelum diedarkan untuk dikonsumsi publik, wewenang untuk menyensor isinya tetap dimiliki Depag pusat. (Sumber Pikiran Rakyat, Kompas, Selasa (17/02/2004 )

Pengertian Tunanetra


PENGERTIAN
1. Tunanetra
Apakah tunanetra? Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan/tidak berfungsinya indera penglihatan.

Tunanetra memiliki keterbatasan dalam penglihatan antara lain:
a. Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari 1 (satu) meter.
b. Ketajaman penglihatan 20/200 kaki yaitu ketajaman yang mampu melihat suatu benda pada jarak 20 kaki.
c. Bidang penglihatannya tidak lebih luas dari 20º. (Heward & Orlansky, 1988:p.296)
2. Low Vision
Apakah Low Vision itu? Berdasarkan definisi World Health Organization (WHO), seseorang dikatakan Low Vision apabila:
  1. Memiliki kelainan fungsi penglihatan meskipun telah dilakukan pengobatan, misalnya operasi dan atau koreksi refraksi standart (kacamata atau lensa).
  2. Mempunyai ketajaman penglihatan kurang dari 6/18 sampai dapat menerima persepsi cahaya.
  3. Luas penglihatan kurang dari 10 derajat dari titik fiksasi
  4. Secara potensial masih dapat menggunakan penglihatannya untuk perencanaan dan atau pelaksanaan suatu tugas. 

Penyebab Terjadinya Tunanetra


PENYEBAB
Faktor yang menyebabkan terjadinya ketunanetraan antara lain:
1. Pre-natal
Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan, antara lain:
a. Keturunan
Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara lain Retinitis Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan. Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan mundur atau memburuknya retina. Gejala pertama biasanya sukar melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan periferal, dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal.
b. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan
Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhan dalam kandungan dapat disebabkan oleh:
  1. Gangguan waktu ibu hamil.
  2. Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan.
  3. Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga, jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang berkembang.
  4. Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.
  5. Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada mata sehingga hilangnya fungsi penglihatan.
2. Post-natal
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi lahir antara lain:
a. Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan alat-alat atau benda keras.
b. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan.
c. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya:
  1. Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A.
  2. Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon trachomanis.
  3. Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih.
  4. Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat.
  5. Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang disebabkan karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi hingga merusak penglihatan.
  6. Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik, dimana daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk. Anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas objek-objek di bagian tengah bidang penglihatan.
  7. Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan tunanetra total.
Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dll.

Karakteristik Tunanetra


KARAKTERISTIK
1. Tunanetra
a. Fisik
Keadaan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan anak sebaya lainnya. Perbedaan nyata diantara mereka hanya terdapat pada organ penglihatannya.
Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik diantaranya:
1) Mata juling
2) Sering berkedip
3) Menyipitkan mata
4) (kelopak) mata merah
5) Mata infeksi
6) Gerakan mata tak beraturan dan cepat
7) Mata selalu berair (mengeluarkan air mata)
8) Pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata.
b. Perilaku
1) Ada beberapa gejala tingkah laku yang tampak sebagai petunjuk dalam mengenal anak yang mengalami gangguan penglihatan secara dini: Menggosok mata secara berlebihan
  1. Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala atau mencondongkan kepala ke depan.
  2. Sukar membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain yang sangat memerlukan penggunaan mata.
  3. Berkedip lebih banyak daripada biasanya atau lekas marah apabila mengerjakan suatu pekerjaan.
  4. Membawa bukunya ke dekat mata.
  5. Tidak dapat melihat benda-benda yang agak jauh.
  6. Menyipitkan mata atau mengkerutkan dahi.
  7. Tidak tertarik perhatiannya pada objek penglihatan atau pada tugas-tugas yang memerlukan penglihatan seperti melihat gambar atau membaca.
  8. Janggal dalam bermain yang memerlukan kerjasama tangan dan mata.
  9. Menghindar dari tugas-tugas yang memerlukan penglihatan atau memerlukan penglihatan jarak jauh.
2) Penjelasan lainnya berdasarkan adanya beberapa keluhan seperti:
(a) Mata gatal, panas atau merasa ingin menggaruk karena gatal.
(b) Banyak mengeluh tentang ketidakmampuan dalam melihat.
(c) Merasa pusing atau sakit kepala.
(d) Kabur atau penglihatan ganda.
c. Psikhis
Secara psikhis anak tunanetra dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Mental/intelektual
Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda jauh dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah, jadi ada anak yang sangat pintar, cukup pintar dan ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya.
2) Sosial
  1. Hubungan sosial yang pertama terjadi dengan anak adalah hubungan dengan ibu, ayah, dan anggota keluarga lain yang ada di lingkungan keluarga. Kadang kala ada orang tua dan anggota keluarga yang tidak siap menerima kehadiran anak tunanetra, sehingga muncul ketegangan, gelisah di antara keluarga. Akibat dari keterbatasan rangsangan visual untuk menerima perlakuan orang lain terhadap dirinya.
  2. Tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan timbulnya beberapa masalah antara lain:

(1) Curiga terhadap orang lain
Akibat dari keterbatasan rangsangan visual, anak tunanetra kurang mampu berorientasi dengan llingkungan, sehingga kemampuan mobilitaspun akan terganggu. Sikap berhati-hati yang berlebihan dapat berkembang menjadi sifat curiga terhadap orang lain.
Untuk mengurangi rasa kecewa akibat keterbatasan kemampuan bergerak dan berbuat, maka latihan-latihan orientasi dan mobilitas, upaya mempertajam fungsi indera lainnya akan membantu anak tunanetra dalam menumbuhkan sikap disiplin dan rasa percaya diri.
(2) Perasaan mudah tersinggung
Perasaan mudah tersinggung dapat disebabkan oleh terbatasnya rangsangan visual yang diterima. Pengalaman sehari-hari yang selalu menumbuhkan kecewa menjadikan seorang tunanetra yang emosional.

(3) Ketergantungan yang berlebihan
Ketergantungan ialah suatu sikap tidak mau mengatasi kesulitan diri sendiri, cenderung mengharapkan pertolongan orang lain. Anak tunanetra harus diberi kesempatan untuk menolong diri sendiri, berbuat dan bertanggung jawab. Kegiatan sederhana seperti makan, minum, mandi, berpakaian, dibiasakan dilakukan sendiri sejak kecil.
2. Low Vision
Beberapa ciri yang tampak pada anak low vision antara lain:
  1. Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat
  2. Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar.
  3. Mata tampak lain; terlihat putih di tengah mata (katarak) atau kornea (bagian bening di depan mata) terlihat berkabut.
  4. Terlihat tidak menatap lurus ke depan.
  5. Memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama di cahaya terang atau saat mencoba melihat sesuatu.
  6. Lebih sulit melihat pada malam hari daripada siang hari.
  7. Pernah menjalani operasi mata dan atau memakai kacamata yang sangat tebal tetapi masih tidak dapat melihat dengan jelas. 

Klasifikasi Tunanetra


Klasifikasi Tunanetra

Berdasarkan Waktu terjadinya Ketunanteraan
l  Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.
l  Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.
l  Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
l  Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
l  Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.

Berdasarkan Kemampuan Daya Penglihatannya
l  Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.
l  Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal.
l  Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.

Berdasarkan Pemeriksaan Klinis
l  Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan
l  Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 derajat.

Berdasarkan Kelainan Pada Mata
l  Myopia; adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek didekatkan. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita Myopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa negatif.
l  Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek dijauhkan. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita Hyperopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa positif.
l  Astigmatisme; adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak terfokus jatuh pada retina. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita astigmatisme digunakan kacamata koreksi dengan lensa silindris.

Berdasarkan Kemampuan Matanya (Hosni, 1994: 26-27)
l  Kelompok yang mempunyai acuity 20/70 feet (6/21meter), artinya ia bisa melihat dari jarak 20 feet sedangkan anak normal dari jarak 70 feet ini tergolong kurang lihat (low vision).
l  Kelompok yang hanya dapat membaca huruf E paling besar pada kartu snellen dari jarak 20 feet, sedangkan orang normal dapat membacanya dari jarak 200 feet (20/200 feet atau 6/60 meter, dan ini secara hukum sudah tergolong buta atau legally blind).
l  Kelompok yang hanya sedikit kemampuan melihatnya sehingga ia hanya mengenal bentuk dan objek.
l  Kelompok yang hanya dapat menghitung jari dari berbagai jarak.
l  Kelompok yang tidak dapat melihat tangan yang digerakkan.
l  Kelompok yang hanya mempunyai light projection (dapat melihat terang atau gelap dan dapat menunjuk sumber cahaya).
l  Kelompok yang mempunyai persepsi cahaya (light perception yaitu hanya bisa melihat terang atau gelap).
l  Kelompok yang tidak mempunyai persepsi cahaya (no light perception yang disebut buta total/totally blinds).



Berdasarkan Kemampuan Membaca Huruf Awas Cetakan Standar
l  Mereka yang mampu membaca cetakan standar.
l  Mereka yang mampu membaca cetakan standar dengan memakai alat pembesar.
l  Mereka yang hanya mampu membaca cetakan besar (No.18).
l  Mereka yang mampu membaca kombinasi antara cetakan besar atau regular print.
l  Mereka yang mampu membaca cetakan besar dengan menggunakan alat pembesar.
l  Mereka yang hanya mampu dengan Braille, tetapi masih bisa melihat cahaya.
l  Mereka yang hanya menggunakan Braille, tetapi sudah tidak mampu melihat cahaya.

Dampak Ketunanetraan
                Beberapa literatur menyebutkan tentang karakteristik tunanetra secara detail satu persatu. Padahal, faktanya menunjukkan bahwa  karakteristik tunanetra hanya ada satu, yaitu mempunyai hambatan dalam kemampuan penglihatan. Meskipun demikian, banyak muncul berbagai dampak dari hambatan dalam kemampuan penglihatannya tersebut, dan untuk menyebut “dampak-dampak” tersebut sering disebut sebagai karakteristik.

Indikator (gejala)  Perilaku Adanya Gangguan Penglihatan (The national Society for  The  Prevention  of Blidness, 1972,p.19) adalah sbb.:
l  Menggosok-gosok mata secara berlebihan.
l  Menutup  atau  melindungi  sebelah   mata, memiringkan mata atau menjorongkannya ke depan.
l  Mengalami kesukaran  pada saat  membaca  atau dalam pekerjaan-pekerjaan lain yang membutuhkan ketelitian mata.
l  Mengedipkan mata secara berlebihan atau lekas marah   pada  saat  melakukan  pekerjaan  yang membutuhkan ketelitian mata.
l  Membaca buku pada jarak yang dekat.
l  Tidak  dapat melihat  benda-benda  yang  jauh secara jelas.
l  Mengedipkan  kelopak  mata  atau  mengerutkan dahi secara berlebihan.
Perilaku-Perilaku Unik Tunanetra Sebagai Dampak Dari Kehilangan Kemampuan Penglihatannya
l  Tunanetra kadang sering kurang memperhatikan kebutuhan sehari-harinya, sehingga ada kecenderungan orang lain untuk membantunya dan menjadikan tunanetra cenderung berperilaku pasif.
l  Ada tunanetra yang stereotip, misalnya menekan matanya, membuat suara dengan jari, atau menggoyang-goyangkan kepala dan badan. Beberapa teori menjelaskan bahwa perilaku stereotip mungkin ditimbulkan akibat dari tidak adanya rangsangan sensoris, terbatasnya aktifitas dan gerak di dalam lingkungan, serta keterbatasan sosial.

Pengulangan Prilaku  (Streotypic Behaviors)
l  Salah satu hambatan  yang  dialami  oleh  sebagian  kecil   anak tunanetra  dalam  melakukan  penyesuaian  sosial  adalah   adanya prilaku stereotip",
l  Stereotip", adalah pengulangan-pengulangan gerakan seperti gerakan  menggoyang  atau menggosok-gosok mata.  Sering disebut  dengan  istilah  blindism.
l  Ada tiga teori umum tentang penyebab terjadinya prilaku stereotip:          
1.       Hilang  (berkuranya)  rangsang  penginderaan.
2.       Hilangnya  kesempatan  sosialisasi.isolasi  sosial  dapat      menyebabkan  seseorang mencoba mencari tambahan stimulus melalui  prilaku  stereotip (Warren, 1977,1981).
l  Terjebak  ke dalam pola prilaku rutin (kebiasaan). 
l  'Modifikasi tingkah laku' sering digunakan untuk  menghilangkan prilaku  menstimulasi  dirinya  sendiri pada anak yang   mangalami  gangguan  prilaku  ataupun  kepada  anak   yang terbelakang  mental  (Foxx and Azrin, 1973) 

Hakikat Activity Dealy Living (ADL)


  1. Pengertian ADL
ADL adalah singkatan dari The Activity of Daily Living yang diartikan aktivitas / kegiatan / keterampilan dalam kehidupan sehari–hari. Dengan pendidikan keterampilan dalam kehidupan sehari–hari anak gangguan penglihatan dibina dan digembleng menjadi manusia yang dapat berdiri sendiri dan dapat berpartisipasi dalam lingkungannya. Arah dari kegiatan ini adalah melatih dan mempersiapkan anak dalam suatu kecekatan bekerja yang sangat berguna baginya. Kecekatan yang diperoleh dari hasil latihan tersebut dapat dipergunakan kemudian dalam menghadapi suatu pekerjaan sebagai salah satu aspek yang diharapkan dapat menunjang kehidupan sosial yang lebih rumit. Jadi pendidikan keterampilan dalam kehidupan sehari–hari / ADL merupakan suatu upaya sadar melalui tahap–tahap persiapan pembinaan, penyempurnaan, penyaluran kepada sesuatu yang bermanfaat kelak dalam kehidupan yang praktis.
b.    Prinsip-prinsip ADL
Prinsip pokok ADL adalah aktivitas dan kreativitas, yang di dalam kegiatan tersebut terdapat kombinasi antara pengetahuan teori dan praktek.
ADL dapat menberikan kemungkinan kepada anak untuk mengekspresikan daya ciptanya, sehingga dengan demikian nilai yang terkandung dalam ADL memberikan bekal terhadap kegunaan dan faedah di dalam kehidupan anak secara menyeluruh yang akhirnya diharapkan dapat menciptakan manusia yang bertanggung jawab.

c.    Ruang Lingkup ADL
Berbicara tentang ruang lingkup ADL tidak bisa lepas dari hubungannya dengan di mana sekolah itu berada dan bagaimana tingkat anak gangguan penglihatan itu sendiri. Karena corak masyarakat, keadaan sosial, kebudayaan dan aspek ekonomi merupakan faktor–faktor yang penting yang menjadi dasar penyusunan program ADL bagi siswa gangguan penglihatan .
ADL adalah bagian dari pembinaan diri dan merupakan bidang pengajaran yang sangat penting bagi siswa gangguan penglihatan dan tidak diberikan dalam bidang pengajaran tersendiri, tetapi terjalin dengan bidang pengajaran yang lain yang sesuai dengan maksud tersebut. Di bawah ini diberikan contoh program ADL (sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Depdikbud). Materi ini dapat disesuaikan, ditambah atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan sekolah masing–masing.
1.    Bidang penampilan diri, sikap, termasuk hal berpakaian atau mengembangkan kepribadian yang wajar, meliputi :
a.    menjaga kebersihan badan seperti mandi, gosok gigi
b.    menghias diri, misalnya mencuci rambut, menyisir rambut, memakai bedak
c.    memilih dan memakai pakaian yang sesuai dengan keadaan dan cuaca
d.    pembinaan tata cara yang baik, sopan santun dalam pergaulan
e.    pemeliharaan pakaian
f.     perbaikan berpakaian yang sederhana
g.    sikap duduk yang pantas dan sopan waktu makan dan di kelas
h.    cara berbicara, cara berjalan, cara bertamu
2.    Dalam makanan dan minuman, meliputi :
a.    hubungan antara makan dan kesehatan
b.    cara menyajikan minuman sederhana untuk diri sendiri
c.    menghidangkan makanan kecil
d.    menghidangkan minuman
e.    menanak nasi dan memasak lauk pauk
f.     mengatur meja makan
g.    cara menghidangkan makanan
h.    tata cara makan yang baik dan sopan
i.      penyimpanan makanan
j.      kebersihan alat-alat makan dan alat-alat minum
k.    cara mengatur dan menyimpan alat-alat makan dan minum
3.    Bidang kesehatan lingkungan, meliputi :
Bagaimana menanamkan kebiasaan yang baik mengenai kesehatan, kesadaran tentang pentingnya kesehatan, misalnya:
a.    menanamkan rasa tanggung jawab kebersihan
b.    memelihara kebersihan di rumah dan disekitarnya
c.    memelihara kebersihan kelas, sekolah
d.    mengenalkan instansi-instansi yang menangani kebersihan rakyat
e.    belajar bertanggung jawab atas kesehatan umum
4.    Bidang tugas–tugas di rumah, meliputi :
a.    penghargaan terhadap pekerjaan rumah
b.    pemeliharaan barang-barang di rumah
c.    pemeliharaan tempat di sekeliling kita agar tetap menyenangkan
d.    pemilihan tempat bermain yang aman
e.    menyimpan alat permainan setelah dipakai
5.    Bidang keuangan, meliputi :
a.    pengertian akan nilai uang
b.    pemakaian uang secara hemat dan efektif
c.    pemupukan hasrat menabung
d.    penggunaan harta benda keluarga secara ekonomis
6.    Bidang pemeliharaan anak kecil, meliputi :
a.    membantu ibu mengasuh adik
b.    membantu adik waktu makan
c.    mengganti pakaian adik
d.    bermain dengan adik kecil
e.    menjaga keselamatan adik kecil
7.    Bidang PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), meliputi:
a.    cara menggunakan obat–obatan, obat merah, tensoplas
b.    cara menyimpan obat–obatan
c.    cara memberi pertolongan yang sederhana.


d.    Tujuan ADL
tujuan diberikan latihan-latihan katerampilan praktis dalam ADL adalah agar anak memperoleh keterampilan praktis dalam melakukan perbuatan-perbuatan atau kebiasaan-kebiasan yang nantinya sangat diperlukan dalam hidupnya yang mandiri. Landasan untuk memiliki keterampilan sehari-hari diletakkan pada masa kecilnya. Tingkta keterampilan yang dicapai siswa gangguan penglihatan (sejak lahir) dalam kemampuannya memenuhi kebutuhan jasmani, erat hubungannya dengan kemampuan yang telah diperoleh pada waktu kecil.