KARAKTERISTIK
1. Tunanetra
a. Fisik
Keadaan fisik anak tunanetra tidak berbeda
dengan anak sebaya lainnya. Perbedaan nyata diantara mereka hanya terdapat pada
organ penglihatannya.
Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi
fisik diantaranya:
1) Mata juling
2) Sering berkedip
3) Menyipitkan mata
4) (kelopak) mata merah
5) Mata infeksi
6) Gerakan mata tak beraturan dan cepat
7) Mata selalu berair (mengeluarkan air mata)
8) Pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata.
1) Mata juling
2) Sering berkedip
3) Menyipitkan mata
4) (kelopak) mata merah
5) Mata infeksi
6) Gerakan mata tak beraturan dan cepat
7) Mata selalu berair (mengeluarkan air mata)
8) Pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata.
b. Perilaku
1) Ada
beberapa gejala tingkah laku yang tampak sebagai petunjuk dalam mengenal anak
yang mengalami gangguan penglihatan secara dini: Menggosok mata secara
berlebihan
- Menutup
atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala atau mencondongkan kepala
ke depan.
- Sukar
membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain yang sangat memerlukan
penggunaan mata.
- Berkedip
lebih banyak daripada biasanya atau lekas marah apabila mengerjakan suatu
pekerjaan.
- Membawa
bukunya ke dekat mata.
- Tidak
dapat melihat benda-benda yang agak jauh.
- Menyipitkan
mata atau mengkerutkan dahi.
- Tidak
tertarik perhatiannya pada objek penglihatan atau pada tugas-tugas yang
memerlukan penglihatan seperti melihat gambar atau membaca.
- Janggal
dalam bermain yang memerlukan kerjasama tangan dan mata.
- Menghindar
dari tugas-tugas yang memerlukan penglihatan atau memerlukan penglihatan
jarak jauh.
2) Penjelasan lainnya berdasarkan adanya
beberapa keluhan seperti:
(a) Mata gatal, panas atau merasa ingin
menggaruk karena gatal.
(b) Banyak mengeluh tentang ketidakmampuan dalam melihat.
(c) Merasa pusing atau sakit kepala.
(d) Kabur atau penglihatan ganda.
(b) Banyak mengeluh tentang ketidakmampuan dalam melihat.
(c) Merasa pusing atau sakit kepala.
(d) Kabur atau penglihatan ganda.
c. Psikhis
Secara psikhis anak tunanetra dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Mental/intelektual
Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra
umumnya tidak berbeda jauh dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ anak
tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah, jadi ada anak yang sangat
pintar, cukup pintar dan ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka lengkap
yakni memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka
juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci,
kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya.
2) Sosial
- Hubungan
sosial yang pertama terjadi dengan anak adalah hubungan dengan ibu, ayah,
dan anggota keluarga lain yang ada di lingkungan keluarga. Kadang kala ada
orang tua dan anggota keluarga yang tidak siap menerima kehadiran anak
tunanetra, sehingga muncul ketegangan, gelisah di antara keluarga. Akibat
dari keterbatasan rangsangan visual untuk menerima perlakuan orang lain
terhadap dirinya.
- Tunanetra
mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan timbulnya beberapa
masalah antara lain:
(1) Curiga terhadap orang lain
Akibat dari keterbatasan rangsangan visual, anak tunanetra kurang mampu berorientasi dengan llingkungan, sehingga kemampuan mobilitaspun akan terganggu. Sikap berhati-hati yang berlebihan dapat berkembang menjadi sifat curiga terhadap orang lain.
Untuk mengurangi rasa kecewa akibat keterbatasan kemampuan bergerak dan berbuat, maka latihan-latihan orientasi dan mobilitas, upaya mempertajam fungsi indera lainnya akan membantu anak tunanetra dalam menumbuhkan sikap disiplin dan rasa percaya diri.
(2) Perasaan mudah tersinggung
Perasaan mudah tersinggung dapat disebabkan oleh terbatasnya rangsangan visual yang diterima. Pengalaman sehari-hari yang selalu menumbuhkan kecewa menjadikan seorang tunanetra yang emosional.
(3) Ketergantungan yang berlebihan
Ketergantungan ialah suatu sikap tidak mau mengatasi kesulitan diri sendiri, cenderung mengharapkan pertolongan orang lain. Anak tunanetra harus diberi kesempatan untuk menolong diri sendiri, berbuat dan bertanggung jawab. Kegiatan sederhana seperti makan, minum, mandi, berpakaian, dibiasakan dilakukan sendiri sejak kecil.
Perasaan mudah tersinggung dapat disebabkan oleh terbatasnya rangsangan visual yang diterima. Pengalaman sehari-hari yang selalu menumbuhkan kecewa menjadikan seorang tunanetra yang emosional.
(3) Ketergantungan yang berlebihan
Ketergantungan ialah suatu sikap tidak mau mengatasi kesulitan diri sendiri, cenderung mengharapkan pertolongan orang lain. Anak tunanetra harus diberi kesempatan untuk menolong diri sendiri, berbuat dan bertanggung jawab. Kegiatan sederhana seperti makan, minum, mandi, berpakaian, dibiasakan dilakukan sendiri sejak kecil.
2. Low Vision
Beberapa ciri yang tampak pada anak low vision
antara lain:
- Menulis
dan membaca dengan jarak yang sangat dekat
- Hanya
dapat membaca huruf yang berukuran besar.
- Mata
tampak lain; terlihat putih di tengah mata (katarak) atau kornea (bagian
bening di depan mata) terlihat berkabut.
- Terlihat
tidak menatap lurus ke depan.
- Memicingkan
mata atau mengerutkan kening terutama di cahaya terang atau saat mencoba
melihat sesuatu.
- Lebih
sulit melihat pada malam hari daripada siang hari.
- Pernah
menjalani operasi mata dan atau memakai kacamata yang sangat tebal tetapi
masih tidak dapat melihat dengan jelas.
0 comments:
Post a Comment