Ambivalensi adalah dua garis jiwa yang berbeda, bahkan berlawanan, namun saling berhadapan.
Ketika seorang anak kecil melihat orang lain yang agak seram, ia segera mencari ayah dan ibunya, serta berlindung dalam dekapan mereka. ketika seorang anak melakukan kesalahan, wajahnya segera pucat dan berharap orang tuanya mau memaafkan. Ketika seorang karyawan melakukan kesalahan fatal dikantornya, ia segera cemas dan berharap atasannya akan bermurah hati memaafkannya, sebab ia takut kehilangan pekerjaan yang merupakan sumber mata pencahariannya. Ketika pejabat tinggi mendekati usia pensiun, ia segera cemas, takut kehilangan akses, power dan penghargaan terhadap dirinya.
Itu adalah gambaran sederhana tentang dua jiwa yang saling berhadapan, namun sangat berbeda, rasa takut dan rasa harap. Anak kecil takut pada orang asing, dan mengharapkan rasa aman dalam pelukan orang tuanya.Anak itu takut dihukum yang berarti tidak diterima dilingkungannya, dan mengharap diterima secara wajar kembali, walaupun baru saja melakukan kesalahan. karyawan itu takut dipecat karena kehilangan mata pencarian dimana disaat yang sama, ia mengharapkan kekayaan dan status sosial. Pejabat tinggi itu punya harapan besar terhadap penghargaan, karenanya takut akan namanya pensiun
Itulah Ambivalensi kejiwaan manusia, rasa takut disalahsatu sisi jiwanya. dan pada sisi yang lainnya ada rasa harap. Ketakutan dan harapan adalah dua garis jiwa yang berlawanan dan berada pada sudut yang saling berhadapan.
Garis- garis jiwa itu ada sebagai berikut:
- Harapan – Takut
- Cinta – Benci
- Khayal – Realisme
- Fisik – Spiritual
- Empiris – Metafisis
- Egoisme – Altruisme
- Komitmen – Sukarela
- Negativisme – Positivisme
Fungsi dari Ambivalensi Jiwa
Ambivalensi jiwa merupakan fitrah dasar manusia. yang sudah ada dalam dirinya sejak lahir, dan akan tetap ada sampai hidupnya berakhir.
ada beberapa fungsi dari Ambivalensi jiwa yaitu:
- Merekatkan sisi – sisi kepribadian manusia tetap utuh. garis jiwa yang ambivalen sesungguhnya bisa bertemu pada garis yang sama, dan arah serta motif inilah yang memberi nilai pada garis jiwa ketika ia muncul dalam perilaku.
- Memperluas wilayah kepribadian manusia dengan teap menjaga pusat keseimbangannya. Ketika manusia memahani hakekat dan fungsi ambivalensi kejiwaan ini, maka ia akan memanage berbagai macam kecendrungan yang ada dalam dirinya, yang mungkin sebelumnya diduga takkan mungkin bertemu dalam satu arah yang sama.
- Menjaga dinamika perkembangan jiwa manusia. Dengan sendirinya, ambivalensi jiwa akan menjadi sumber ketegangan – ketegangan itusendiri, sehingga mendorong manusia untuk berubah dan menjadi dinamis
Ambivalensi Kejiwaan dan Kepribadian
Garis jiwa yang ambivalen ada dalam dari manusia sejak ia terlahir sampai ia mati, melekat, dan mewarnai semua sisi kehidupannya. Walaupun demikian, tetap ada perbedaan mendasar tentang objek dan alasan yang melahirkan garis jiwa menjadi perilaku, pada tahapan usia yang berbeda pula.
Setiap orang memiliki rasa takut terhadap sesuatu, sekaligus memiliki rasa harap terhadap sesuatu. Setiap orang pasti mencintai sesuatu atau seseorang, dan sekaligus membenci sesuatu atau seseorang, dan seterusnya. Sikap – sikap itu akan terbentuk ketika ia menjalani dan menghadapi peristiwa hidup yang akan dijalani.
Hubungan antara ambivalensi kejiwaan dengan kepribadian adalah:
- Pada mulanya garis jiwa tumbuh natural, lalu nilai dan lingkungan membentuk persepsinya, dan menyebabkan menguatnya sebagian garis jiwa itu dibanding garis jiwa yang lain. Garis jiwa yang kemudian menjadi dominan, itulah yang akan membentuk mentalitas seseorang
- jika garis jiwa yang dominan itu bertahan dalam waktu yang lama, maja secara perlahan akan menjadi ciri umum yang menandai tampak luar kepribadian seseorang. Maka, jika ketakutan dominan pada seseorang, kita akan mennyebutnya penakut, sebaliknya jika harapan yang dominan dalam dirinya, kita akan menyebutnya optimistik.
Ambivalensi Kejiwaan dan Kesehatan Mental
Ambivalensi Kejiwaan merupakan sumber ketegangan jiwa dalam kehidupan seseorang, maka ia dengan sendirinya sangat menentukan tingkat kesehatan mental seseorang. Misalnya, Jika perasaan takut berlebihan, maka seseorang mungkin akan menderita penyakit cemas, atau paranoid. Jika harapan berlebihan, maka sesorang mungkin akan menderita penyakit rakus, atau serakah atau ambisius.
Hubungan Kesehatan Mental dengan Ambivalensi Kejiwaan adalah Seseorang akan memiliki tingkat kesehatan mental yang baik, jika garis jiwa yang ambivalen berjalan dan bergerak secara harmonis, seakan simfoni indah orkestra handal.garis jiwa yang ambivalen hanya bisa harmonis, jika masing – masing garis jiwa itu bergerak mengikuti arah bergerak natural dan benar.
Misalnya, Seorang muslim percaya bahwa ia akan bertemu Allah, maka ia akan sangat merindukan pertemuan itu, dan ia akan memandang kematian sebagai suatu hal yang tidak perlu ditakuti. Namun, karena harapan bertemu Allah itu sekaligus mengandung kemungkinan tertolak, maka ia menjadi takut akan tertolak, dan ketakutan yang terakhir ini akan mendorongnya melakukan amalan sebanyak- banyaknya dan sebaik-baiknya.
Manajemen Ambivalensi Kejiwaan
- Atur posisi dan komposisi garis jiwa itu secara benar, dan hilangkan kecendrungan jiwa yang salah, atau suara jiwa yang fals. misalnya : ketakutan yang palsu,ketakutan akan kematian.
- Berikan dan tentukan arah dan kecenderungan jiwa secara benar dan natural. Misalnya: Hanya Takut pada Allah dan mengharap surganya.
- Lihat ekspresi dalam bentuk sikapdan perilaku kesehariannya. Misalnya: Rasa Tanggungjawab kepada Allah yang menghadirkan Keadilan, Ibadah, dan pengorbanan.
referensi: Membentuk Karakter cara Islam
thx untuk informasinya yg cukup untuk saya...
ReplyDeletemungkin akan jauh lebih jelas lagi bila warna font nya tidak disamarkan. Bagi yg punya masalah mata selinder spt saya dalam membaca huruf hurufnya spt berbayang...
thx ya....